TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
suhu tubuh
1.
Pengertian
Suhu tubuh merupakan
panas yang dihasilkan oleh tubuh dandiatur oleh suatu pusat di dalam
hipotalamus dari otak. Pusat ini bereaksiterhadap darah yang melaluinya. Bila diukur
di dalam mulut atau anus,suhu yang terbaca menunjukkan “suhu tengah” dari
tubuh, yaitu suhu dariorgan – organ rongga dada dan rongga perut serta dari
otak. Suhu mulutnormal berkisar antara 36,0° - 37,5°C, suhu rektal / anus
sedikit lebihtinggi. Suhu yang terbaca di ketiak dan lipat paha sedikit lebih
rendah(Ignatavicius, 2002).
2.
Fisiologi
Suhu Tubuh
Berdasarkan distribusi
suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti(core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, sepertikranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanyadipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat
pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi
sebesar 20°C sampai 40°C (Corwin, 2001).
3.
Penghasil
Suhu Tubuh
1. Laju
metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semuasel tubuh.
2. Laju
cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot(termasuk kontraksi otot
akibat menggigil).
3. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dansebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growthhormone dan testosteron).
4. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine,dan rangsangan simpatis pada
sel.
5. Metabolisme
tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi didalam sel itu sendiri terutama
bila temperatur menurun.
4.
Sistem
Pengaturan Suhu Tubuh
Tubuh manusia merupakan
organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada
suhu lingkungan. Tubuhmanusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan
tubuhmenghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalamkeadaan
konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan
proses metabolisme yang utama (Corwin, 2001).Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu
tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukanregulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik ( feed back ) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuhyang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar
suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari
titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanismeuntuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas
danmeningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap
(Smletzer, 2002).
B.
Pengertian Kompres Hangat
1.
Pengertian
Kompres hangat adalah
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain
untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit,
merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer, serta
memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres dilakukan
pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.
2.
Tujuan
Kompres Hangat
Kompres
Hangat
a.
Memperlancar sirkulasi darah
b.
Menurunkan suhu tubuh
c.
Mengurangi rasa sakit
d.
Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang
pada klien
e.
Memperlancar pengeluaran eksudat
f.
Merangsang peristaltik usus
3.
Pengaruh Kompres Hangat
Efek
dari kompres hangat untuk meningklatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri. Pemberian
kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel, menyebabkan
kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan. Kompres hangat diberikan
satu jam atau lebih.
4.
Metode Kompres hangat
Kompres hangat
kompres
menggunakan air hangat didasarkan bahwa kompres dengan menggunakan air dingin
itu sebenarnya tidak begitu efektif menurunkan panas. Karena kontak dengan air
dingin maka pembuluh darah yang kontak dengan kain kompres dingin akan
menyempit (vasokonstriksi) sehingga menyulitkan pengeluaran panas.Pusat
pengatur suhu menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi
hangat, maka suhu tubuh butuh untuk segera diturunkan. Apalagi, saat demam kita
memang merasa kedinginan meskipun tubuh kita justru mengalami peningkatan suhu.
Kompres air hangat memiliki beberapa keuntungan, disamping membantu mengurangi
rasa dingin, air hangat juga menjadikan tubuh terasa lebih nyaman. Memperbaiki
sirkulasi.
Perlengkapan
a.
Botol kantong
air panas
1)
Botol air panas
dengan tutupnya
2)
Sarung botol
3)
Air panas dan
sebuah termometer
b.
Bantalan pemanas
elektrik
1)
Bantalan
elektrik dan pengontrolnya
2)
Sarung ( gunakan
bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan menjadi
lembap)
3)
Pengikat kasa
(pilihan)
c.
Bantalan
akutermia
1)
Bantalan
2)
Air suling
3)
Unit pengontrol
4)
Sarung
5)
Pengikat plasa
atau plaster
d.
Kemasan
pemanasan disposabel
Satu
atau dua buah kemasan pemanas disposabel yang telah dipersiapkan secara
komersial
Pelaksanaan
a.
Jelaskan kepada
klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan
bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan
digunakan untuk merencanakan perawatan atau terapi selajutnya
b.
Cuci tangan dan
obserpasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat
c.
Berikan prifasi
klien
d.
Berikan kompres
panas
Memberikan
Kompres Panas
Bayi/anak
Suhu
air dalam botol air panas harus 40,5-46oC untuk anak-anak kurang dari 2 tahun.
Lansia
a.
berikan
perhatian khusus saat mengkaji area yang akan diterapi dan ketika mengefaluasi
efek terapi karena lensia memiliki banyak kondisi yang merupakan predisposisi
terjadinya cidera pada pemberian kompres.
b.
Laporkan
penyimpangan yang signifikan dari normal kepada dokter.
5.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberikan Hangat
Kompres hangat
a.
Jangan letakan
kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong dengan kain
flanel atau handuk.
b.
Kantong air
hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi
sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.
c.
Pada penggunaan
kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit penderita.
d.
kompres hangat
tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0darah di area
tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.
e.
Kompres hangat
tidak boleh diberikan di perut jika mengalami radang/ infeksi usus buntu.
6.
Kerangka teori
Skema kerangka teori :
Berikut ini adalah kerangka konsep yang dilakukan:
Demam
menurun
Demam meningkat
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.
Kerangka
Konseptual
Keterangan : diukur
Tidak
diukur
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual
efektifitas kompres hangat pada areatemporalis, axilaris, dan femoralis
terhadap penurunan suhu tubuh pasien observasi febris di ruang A, C, dan F RSUP
Persahabatan jakarta
Dari bagan kerangka konseptual dapat
dijelaskan proses interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi penurunan
suhu tubuh pada pasiendengan observasi febris dan pengaruh kompres hangat pada
temporalis,aksilaris, dan femoralis. Peningkatan suhu tubuh pada pasien dengan
observasifebris dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Secara umum faktor –
faktor itu dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam tubuh manusia
sepertiGangguan organ, Demam (peradangan), Rangsangan saraf simpatis,Kecepatan
metabolisme basal, dan hormonal. Sedangkan faktor eksternaladalah faktor dari
luar tubuh manusia yang mempengaruhi suhu tubuh yaituLingkungan, Aktivitas, dan
Status gizi. Kompres hangat merupakan suatuupaya untuk menurunkan suhu tubuh,
mekanisme kompres hangat akanmenyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang
menyebabkan terbukanya pori – pori sehingga aliran panas dari dalam tubuh dapat
keluar denganmudah. Selain itu rangsangan kain kompres hangat pada kulit
akanmerangsang termostat di hipotalamus yang mendeteksi adanya suhu yanghangat
di luar tubuh, sehingga pusat panas menurunkan produksi panas tubuhdan
meningkatkan pengeluaran panas. Pada akhirnya suhu tubuh akan menurun.
B.
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
Variabel
adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggotasuatau kelompok (orang,
benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimilikioleh sekelompok tersebut (Nursalam
& Pariani, 2001). Variabel independenadalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2003).
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah kompres hangat di area temporalis,
aksilaris, dan femoralis. Variabel dependen adalah variabel yangnilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel dependendalam
penelitian ini adalah penurunan suhu tubuh.
Definisi
operasional variabel adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam & Pariani,2001).
Definisi operasional efektifitas kompres hangat pada area temporalis,
axilaris, dan femoralis terhadap penurunan suhutubuh pasien observasi febris di
ruang A, C, dan F RSUP Persahabatan Jakarta
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Parameter
|
AlatUkur
|
Skala
|
Skor
|
1.
|
Independen Kompres hangat pada temporalis, aksilaris,
dan femoralis
|
Suatu cara menurunkan suhu tubuh dengan
menempelkan kain handuk yang telah dicelupkan air hangat(40°C) diarea dahi,
lipatan ketiak, dan lipatan paha.
|
Melakukan
prosedur kompres hangat dengan kain handuk ukuran 20x20cm,dilipat menjadi dua
bagian, dicelupkan air hangat (40°C), diperas,kemudian ditempelkandi area :
1.
Temporalis : didahi, tepat di atasalis mata
2.
Aksilaris : lipatan ketiak kanan dan kiri dengan
posisi menjepit kain kompres.
3.
Femoralis : dilipatan paha kanandan kiri tepat
diatas inguinal
|
|
|
|
2.
|
Dependen
Penurunan suhu tubuh
|
Keadaan
dimana temperatur rektal lebih rendah dibandingkan dengan temperatur rektal
awal
|
Mengukur
suhu tubuh melalui rektal sebelum dan sesudah tindakan kompres
|
Lembar
observasi
|
Ordinal
|
Skor :
1. Suhu tubuh
menurun dibandingkan
dengan suhu tubuh
awal
2.
Suhu tubuh tetap
3. Suhu tubuhmengalami peningkatan dibandin kan suhu tubuh awal
|
C. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian
(H1) yaitu,
1.
Ada pengaruh
pemberian kompres hangat pada area temporalis, axilaris,dan femoralis terhadap
penurunan suhu tubuh pasien observasi febris di ruangA, C, dan F RSUP
Persahabatan Jakarta
2.
Ada perbedaan
efektifitas kompres hangat pada area temporalis, axilaris,dan femoralis
terhadap penurunan suhu tubuh pasien observasi febris di ruangA, C, dan F RSUP
Persahabatan Jakarta
BAB 4
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaranilmu pengetahuan atau untuk memecahkan suatu masalah dengan
menggunakanmetode ilmiah (Notoatmojo, 2005).
A.
Rancangan Penelitian
Sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini merupakan suatu studi
pre experimental yang mengkaji danmenganalisis pengaruh antara variabel –
variabel dan bertujuan untuk mengungkapkan adanya perbedaan pengaruh pada
variabel.
Sehingga
rancangan penelitian yang sesuai adalah dengan pendekatan static-group
comparison, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian untuk menentukan pengaruh
dari suatu tindakan pada kelompok subjek yangmendapat perlakuan yang berbeda
(Nursalam, 2003).
Subjek
|
Pra
|
Perlakuan
|
Pasca
Test
|
K
|
O
|
I-1
|
O1
|
K
|
O
|
I-2
|
O2
|
K
|
O
Time
1
|
I-3
Time
2
|
O3
Time
3
|
Keterangan :
K : Subjek (pasien observasi febris)
O : Observasi suhu tubuh per rektal
I (1+2+3) : Intervensi kompres hangat (kelompok
temporalis, aksilaris, danfemoralis)
O(1+2+3) : Observasi suhu tubuh per rektal (kelompok
temporalis, aksilaris, danfemoralis)
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di ruang A,
C, dan F RSUP Persahabatan Jakarta dengan alasan angka kejadian dan jumlah
penderita observasi febris terdapat pada ruangan-ruangan tersebut cukup banyak.
Penelitian ini akandilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 1 september 2012 sampai dengan 30 oktober
2012.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya;
manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan kasus observasi
febris di ruangA, C, dan F RSUP Persahabatan Jakarta.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau
yang dapatdipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling
(Nursalam,2003). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien
dengankasus observasi febris di ruang A, C, dan F RSUP Persahabatan Jakarta
yang disesuaikan dengan kriteria inklusi.
3.
Besar sampel
Berdasarkan data dari rekam medik di ICU
RSUP Persahabatan Jakarta, didapatkan populasi pasien BPH yang menjalani
operasi open prostatectomy selama bulan Januari – Desember 2011 sejumlah 108
kasusdan jumlah rata – rata kasus setiap bulan sebanyak 9 kasus. Karena keterbatasan
jumlah populasi, maka besar sampel diambil dari keseluruhansubjek penelitian yang
didapatkan selama periode pengumpulan data (total sampling).
4.
Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi
porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Penelitian
ini menggunakan teknik nonprobability dengan metode total sampling, yaitusuatu
cara pengambilan sampel dengan mengambil keseluruhan dari jumlah populasi yang
ada (Notoatmodjo, 2002). Sehingga dalam penelitian ini diambil sampel pasien
dengan kasus observasi febris di ruang A, C, danF RSUP Persahabatan Jakarta
yang seluruhnya dijadikan subjek penelitian.
D.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data
primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
pada saat berlangsungnya suatu penelitian (Arikunto, 2002). Data tersebut
diperoleh peneliti selama periode penelitian dari hasil observasi subjek
penelitian yang didokumentasikan pada lembar observasi penelitian.
2.
Instrumen
Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan pedoman observasi suhu tubuh dan standar operasional prosedur
kompres hangat, yang diadaptasi dari berbagai sumber referensi tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan observasi febris.
3.
Prosedur
Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data dilakukan,
peneliti mengajukan permohonan kepada Direktur RSUP Persahabatan Jakarta dan
Kepala Ruangan ICU, untuk mendapatkan persetujuan penelitian, peneliti juga mengajukan
permohonan ijin pada responden yaitu pasien observasi febrissebagai subjek
penelitian. Setelah mendapatkan ijin dari instansi yang terkait dan responden,
peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan observasi suhu tubuh per rektal sebelum dilakukan intervensi kompres
hangat. Kompres dilakukan pada masing-masing kelompok area temporalis, aksilaris,
dan femoralis selama 3 x 15 menit dengan jeda 5 menit. Kemudian diukur suhu per
rektal dan dilakukan analisis data.
E.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan pengelompokan variabel independen dan variabel dependen. Data
tersebut dianggap memenuhi syarat apabila seluruh data telah terisi dengan
lengkap dan jelas (editing). Data tersebut selanjutnya diberi tanda khusus
(coding) untuk menghindari pencantuman identitas atau menghindari adanya
kesalahan dan duplikasi data yang masuk.
Setelah proses coding selesai
dilanjutkan dengan tabulasi dalam bentuk tabel sesuai dengan variabel yang
diukur untuk mengetahui hubungan tingkat kepatenan aliran cairan irigasi dengan
kejadian obstruksi bekuan darah (clotting) pada pasien pasca operasi open
prostatectomy. Data kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi dilakukan analisis
dengan komputer program SPSS, menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test, dengan
tingkat kemaknaan p<0,05. Jika hasil uji statistik menunjukkan p<0,05
maka H0 ditolak dan hipotesis penelitian (H1) diterima, yang berarti ada beda
antara pemberian kompres hangat terhadap penurunan suhu. Hasil masing-masing
kelompok kemudian dibandingkan untuk mengetahui signifikansi dan efektifitas
kompres hangat pada area temporalis, aksilaris, dan femoralis.
F.
Etika Penelitian
Apabila manusia dijadikan sebagai subjek
suatu penelitian, hak sebagai manusia harus dilindungi (Nursalam, 2001).
Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan
permohonan ijin yangdisertai proposal penelitian. Setelah mendapat persetujuan,
peneliti memulaimelakukan observasi. Penelitian ini menekankan masalah etik
sebagai berikut :
1.
Lembar
Persetujuan Responden (Informed Consent)
Sebelum
menjadi responden, peneliti menjelaskan maksud dantujuan penelitian. Setelah
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, responden atau keluarga yang
bertanggung jawabmenandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak
untuk ditelitimaka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak klien.
2.
Tanpa
Pencantuman Nama Responden (Anonimity)
Untuk
menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama
subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek. Lembar
hanya diberi nomor kode tertentu.
3.
Kerahasiaan Data
Responden (Confidentiality)
Kerahasiaan
informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Data hanya
akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan dengan penelitian ini.
G.
Keterbatasan
1.
Instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data berupa lembar observasiyang diadaptasi dari
tinjauan teori belum diketahui validitas danreliabilitasnya.
2.
Feasibility yaitu
dalam melaksanakan penelitian terdapat adanya pertimbangan mengenai
keterbatasan waktu dan subjek penelitian yangdiambil berdasarkan total sampling.
Daftar Pustaka
Arikunto,
S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi RevisiV.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Corwin,
E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doengoes,
M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ganong,
W. F. (2000).Fisiologi Kedokteran, Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ignatavicius,
D. & Linda W. (2002). Medical Surgical Nursing, Critical Thinking for Colaborative Care, 4thEdition, Volume I. New
York : WB. SaundersCompany.
Notoatmodjo,
S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nursalam.
(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
PT. Salemba Medika.
Nursalam
& Pariani S. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV.
Sagung
Seto.Perry, A. & Potter, P. (2002). Clinical Nursing Skill and Techniques,
5 th Edition. St. Louis : Mosby Company.
Yohmi,
E. (2008). Kompres Hangat. Tanggal 1 Februari 2010, jam 20.00 WITA.
http://nursingbegin.com/kompres-hangat/
Smith,
S. F. (2004). Clinical Nursing Skill, Basic to Advance Skill, 6 th Edition. New
Jersey : Pearson Prentice-Hall.
Smletzer,
S. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta :EGC.
White,
L. & Gena D. (2002). Medical Surgical Nursing, an Integrated Approach,2nd
Edition. New York : Delmar-Thompson Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar