Selasa, 13 November 2012

asuhan keperawatan cidera kepala



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
B.       TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ilmiah ini adalah agar penulis dan pembaca memperoleh pengetahuan dasar tentang  cedera kepala. Serta penulis dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman penulis tentang cedera kepala.
C.    RUMUSAN MASALAH

1. apa yang dimaksud dengan cedera kepala ?
2. sebutkan beberapa cidera kepala menurut patofisiologi ?
3. sebutkan masalah-masalah yang terjadi pada pasien yg mengalami cidera kepala ?


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan ( accelerasi – decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Penyebab : Trauma
1.    Akselerasi : terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam
2.    Deselerasi : terjadi jika kepala membentur obyek yang diam
3.    Kompresi atau penekanan
       Akibat :
1. Cedera local
Hanya pada jaringan fibrosa padat di atas tengkorak (galeaapponeurotika) yang menyerap kekuatan eksternal
2. Cedera otak (kerusakan kup dan kontra kup)
B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
       Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
       1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
-          Gegar kepala ringan
-          Memar otak
-          Laserasi
       2. Cedera kepala sekunder
            Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
-       Hipotensi sistemik
-       Hipoksia
-       Hiperkapnea
-       Udema otak
-       Komplikasi pernapasan
-       infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
C. Gejala klinis
1. Jika klien sadar ® sakit kepala berat
2. Muntah proyektil
3. Papil edema
4. Kesadaran makin menurun
5. Perubahan tipe kesadaran
6. Tekanan darah menurun, bradikardia
7. Anisokor
8. Suhu tubuh yng sulit dikendalikan.
D. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.




BAB III
ASUHAN KEPERWATAN
A. PENGKAJIAN
  1. Identitas
  2. Keluhan utama : Cederakepala denganpenurunan kesadaran
  3. Riwayat kesehatan
    1. Sakit kepala
    2. Pusing
    3. Kehilangan memori
    4. Bingung
    5. Kelelahan
    6. Kehilangan visual
    7. Kehilangan sensasi
    8. Muntah proyektil
    9. GCS menurun
    10. Tanda rangsangan meningeal
4.      Pemeriksaan fisik
a. Bingung / disorientasi
b. Penurunan kesadaran
c. Perubahan status mental
d. Gelisah
e. Perubahan motorik (hemiplegi)
f. Kejang


g. Dilatasi pupil
Disebabkan oleh penekanan pada syaraf cranial III (okulomotorius)
Edema papil
Bila TIK meningkat, CSS didesak sepanjang selaput sub arahnoid saraf optic, tekanan ini dihantarkan pada vena sentral retina yang menyilang pada rongga sub arahnoid. Edema head saraf terjadi dan vena retina menjadi terbendung
    1. Otorea
    2. Rinorea
    3. Racoon eye
    4. Batle sign
    5. Penurunan nadi tetapi tekanan sistolik meningkat (Peningkatan ICP)
Disebabkan oleh distorsi atau iskemik batang otak dan tidak berhubungan dengan tingkat tertentu dari peninggian TIK. Ini biasanya lambat terjadi dan merupakan tanda berbahaya dalam perjalanan dan perluasan lesi desak ruang.
    1. Peningkatan tekanan darah
    2. Perubahan frekuensi, kedalaman dan irama nafas
Beberapa lokasi pada hemisfer serebral mengatur control volunteer terhadap otot yang digunakan pada pernafasan, pada sinkronisasi dan koordinasi serebelum pada upaya otot. Serebrum juga mempunyai beberapa control pada frekuensi dan irama pernafasan. Nucleus pada pons dan area otak tengah dari batang otak mengatur automatisasi dari pernafasan.
    1. Cheyne’s stoke
Adalah pernafasan periodic dimana setiap pernafasan meningkat sampai puncak dan kemudian menurun sampai keadaan apneu. Fase hiperpneu biasanya lebih panjang dari fase apneu. Pola nafas ini terjadi pada lesi bilateral yang terletak pada hemisfer serebral.
    1. suara nafas melemah atau hilang
    2. Tanda rangsangan meningeal
    3. Refleks patologis
    4. Gangguan nervus cranialis
    5. Gangguan sirkulasi
    6. Gangguan respirasi
    7. Gangguan eliminasi
  1. Istirahat/ aktivitas
  2. makanan / cairan
  3. Psikologis, integritas ego
  4. Interaksi social
  5. Pemeriksaan penunjang / Pemeriksaan Diagnostik :
a.    Foto Rontgen à mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
b.    CT Scan à mengidentifikasi adanya SOL, haemoragi, menentukan ukuran ventrikel, pergeseran jaringan otak.
c.    MRI (penjelasan sama dengan CT Scan)
d.   EEG à untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
e.    PET (Positron Emission Tomografi) à menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
f.     Pungsi Lumbal, CSS à dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan sub arachnoid
B. MASALAH KEPERAWATAN :
1. Nyeri kepala
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Perubahan perfusi serebral
4. Resiko terjadinya peningkatan TIK
5. Pola nafas tidak efektif
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang darikebutuhan
8. Gangguan mobilitas fisik
9. dll
C. PRIORITAS TINDAKAN KEPERAWATAN
  1. Pernafasan
    1. Menjaga kepatenan jalan nafas
    2. Pengisapan secret (dibatasi bila peningkatan TIK)
    3. Pemberian O2
    4. Monitoring tanda vital, AGD dan distress pernafasan
    5. Perawatan trakeostomi
  2. Kardiovaskuler dan respirasi
    1. Monitoring tanda vital
    2. Monitoring status hemodinamik
    3. Monitoring frekwensi dan kualitas denyut jantung
    4. Monitoring EKG
  1. Memaksimalkan fungsiserebral / perfusi
    1. Pengaturan posisi anatomis
    2. Mengatasi demam
    3. Meningkatkan sirkulasi serebral
    4. Pembatasn aktivitas
    5. Mengurangi stimulasi eksternal
    6. Mencegah peningkatan TIK (muntah, batuk, mengedan dan bersin)
  1. Meminimalkan komplikasi
  2. Mengoptimalkan fungsi otak
  3. Menyokong proses pemulihan dan koping




BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
a. Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
b. Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
            1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
-                      Gegar kepala ringan
-                      Memar otak
-                      Laserasi
            2. Cedera kepala sekunder
     Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
-       Hipotensi sistemik
-       Hipoksia
-       Hiperkapnea
-       Udema otak
-       Komplikasi pernapasan
-       infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
c.  masalah keperawatan
1. Nyeri kepala
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Perubahan perfusi serebral
4. Resiko terjadinya peningkatan TIK
5. Pola nafas tidak efektif
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang darikebutuhan
8. Gangguan mobilitas fisik
9. dll
B. saran
Semoga dengan makalah ini baik pembaca dan penulis dapat menambah pengetahuan tentang cedera kepala. Dan penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan contoh untuk para siswa atau anak-anak dalam proses pembelajaran .



DAFTAR  PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar