BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Cidera kepala
yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada
tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada
percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan.
Pasien
cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang
lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi
karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks
pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
B.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ilmiah ini adalah agar penulis dan pembaca memperoleh
pengetahuan dasar tentang cedera kepala.
Serta penulis dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman penulis tentang
cedera kepala.
C. RUMUSAN MASALAH
1.
apa yang dimaksud dengan cedera kepala ?
2.
sebutkan beberapa cidera kepala menurut patofisiologi ?
3.
sebutkan masalah-masalah yang terjadi pada pasien yg mengalami cidera kepala ?
BAB
II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan
perlambatan ( accelerasi – decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi
oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan,
serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Penyebab : Trauma
1.
Akselerasi :
terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam
2.
Deselerasi :
terjadi jika kepala membentur obyek yang diam
3.
Kompresi atau
penekanan
Akibat :
1. Cedera local
Hanya
pada jaringan fibrosa padat di atas tengkorak (galeaapponeurotika) yang
menyerap kekuatan eksternal
2. Cedera otak (kerusakan kup dan kontra kup)
B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat
berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah
ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak
mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses
metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio
berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal
cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak,
yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala
meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium
dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya
perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan
vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh
persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.
Cedera kepala
menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera
kepala primer
Akibat langsung
pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan
gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
-
Gegar kepala ringan
-
Memar otak
-
Laserasi
2. Cedera
kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan
timbul gejala, seperti :
-
Hipotensi sistemik
- Hipoksia
- Hiperkapnea
- Udema otak
- Komplikasi pernapasan
-
infeksi /
komplikasi pada organ tubuh yang lain
C. Gejala klinis
1. Jika klien
sadar ® sakit kepala berat
2. Muntah
proyektil
3. Papil
edema
4. Kesadaran
makin menurun
5. Perubahan
tipe kesadaran
6. Tekanan
darah menurun, bradikardia
7. Anisokor
8. Suhu tubuh
yng sulit dikendalikan.
D. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien
dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN
A. PENGKAJIAN
- Identitas
- Keluhan utama : Cederakepala denganpenurunan kesadaran
- Riwayat kesehatan
- Sakit kepala
- Pusing
- Kehilangan memori
- Bingung
- Kelelahan
- Kehilangan visual
- Kehilangan sensasi
- Muntah proyektil
- GCS menurun
- Tanda rangsangan meningeal
4.
Pemeriksaan fisik
a. Bingung / disorientasi
b. Penurunan kesadaran
c. Perubahan status mental
d. Gelisah
e. Perubahan motorik (hemiplegi)
f. Kejang
g. Dilatasi pupil
Disebabkan oleh penekanan pada
syaraf cranial III (okulomotorius)
Edema papil
Bila TIK meningkat, CSS didesak
sepanjang selaput sub arahnoid saraf optic, tekanan ini dihantarkan pada vena
sentral retina yang menyilang pada rongga sub arahnoid. Edema head saraf
terjadi dan vena retina menjadi terbendung
- Otorea
- Rinorea
- Racoon eye
- Batle sign
- Penurunan nadi tetapi tekanan sistolik meningkat (Peningkatan ICP)
Disebabkan oleh distorsi atau iskemik batang otak dan tidak berhubungan
dengan tingkat tertentu dari peninggian TIK. Ini biasanya lambat terjadi dan
merupakan tanda berbahaya dalam perjalanan dan perluasan lesi desak ruang.
- Peningkatan tekanan darah
- Perubahan frekuensi, kedalaman dan irama nafas
Beberapa lokasi pada hemisfer serebral mengatur control volunteer terhadap
otot yang digunakan pada pernafasan, pada sinkronisasi dan koordinasi serebelum
pada upaya otot. Serebrum juga mempunyai beberapa control pada frekuensi dan
irama pernafasan. Nucleus pada pons dan area otak tengah dari batang otak
mengatur automatisasi dari pernafasan.
- Cheyne’s stoke
Adalah pernafasan periodic dimana setiap pernafasan meningkat sampai puncak
dan kemudian menurun sampai keadaan apneu. Fase hiperpneu biasanya lebih
panjang dari fase apneu. Pola nafas ini terjadi pada lesi bilateral yang
terletak pada hemisfer serebral.
- suara nafas melemah atau hilang
- Tanda rangsangan meningeal
- Refleks patologis
- Gangguan nervus cranialis
- Gangguan sirkulasi
- Gangguan respirasi
- Gangguan eliminasi
- Istirahat/ aktivitas
- makanan / cairan
- Psikologis, integritas ego
- Interaksi social
- Pemeriksaan penunjang / Pemeriksaan Diagnostik :
a.
Foto Rontgen à mendeteksi adanya
perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah
(karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
b.
CT Scan à mengidentifikasi adanya
SOL, haemoragi, menentukan ukuran ventrikel, pergeseran jaringan otak.
c.
MRI (penjelasan sama dengan CT
Scan)
d.
EEG à untuk memperlihatkan
keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
e.
PET (Positron Emission Tomografi)
à menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
f.
Pungsi Lumbal, CSS à dapat
menduga kemungkinan adanya perdarahan sub arachnoid
B. MASALAH KEPERAWATAN :
1. Nyeri kepala
2. Bersihan
jalan nafas tidak efektif
3. Perubahan
perfusi serebral
4. Resiko
terjadinya peningkatan TIK
5. Pola nafas
tidak efektif
6. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang darikebutuhan
8. Gangguan
mobilitas fisik
9. dll
C. PRIORITAS TINDAKAN KEPERAWATAN
- Pernafasan
- Menjaga kepatenan jalan nafas
- Pengisapan secret (dibatasi bila peningkatan TIK)
- Pemberian O2
- Monitoring tanda vital, AGD dan distress pernafasan
- Perawatan trakeostomi
- Kardiovaskuler dan respirasi
- Monitoring tanda vital
- Monitoring status hemodinamik
- Monitoring frekwensi dan kualitas denyut jantung
- Monitoring EKG
- Memaksimalkan fungsiserebral / perfusi
- Pengaturan posisi anatomis
- Mengatasi demam
- Meningkatkan sirkulasi serebral
- Pembatasn aktivitas
- Mengurangi stimulasi eksternal
- Mencegah peningkatan TIK (muntah, batuk, mengedan dan bersin)
- Meminimalkan komplikasi
- Mengoptimalkan fungsi otak
- Menyokong proses pemulihan dan koping
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
a. Cidera
kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi -
decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan
peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu
pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tindakan pencegahan.
b. Cedera kepala
menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1.
Cedera kepala primer
Akibat langsung
pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan
gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer
dapat terjadi :
-
Gegar kepala ringan
-
Memar otak
-
Laserasi
2.
Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul
gejala, seperti :
-
Hipotensi sistemik
-
Hipoksia
-
Hiperkapnea
-
Udema otak
-
Komplikasi
pernapasan
-
infeksi /
komplikasi pada organ tubuh yang lain
c. masalah keperawatan
1. Nyeri kepala
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Perubahan perfusi serebral
4. Resiko terjadinya peningkatan TIK
5. Pola nafas tidak efektif
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang darikebutuhan
8. Gangguan mobilitas fisik
9. dll
B. saran
Semoga
dengan makalah ini baik pembaca dan penulis dapat menambah pengetahuan tentang cedera kepala. Dan penulis berharap agar para pembaca dapat
memberikan contoh untuk para siswa atau anak-anak dalam proses pembelajaran .
DAFTAR PUSTAKA
1. http://panduankeperawatan.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-cedera-kepala-trauma-capitis/
2. http://panduankeperawatan.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-cedera-kepala-trauma-capitis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar